Wednesday, April 8, 2009

Pelajaran Geografi Membantu Killy dan Keluarganya Selamat dari Tsunami

Buana Katulistiwa - Pada 26 Desember 2004 lalu, seorang siswi di Inggris, Tilly Smith, 10, merasakan sesuatu yang tidak beres di pantai saat dia bersama keluarganya berada di pantai Thailand sesaat sebelum gelombang tsunami menghancurkan tempat itu. Siswi ini tiba-tiba mengingat kembali pelajaran geografi yang disampaikan gurunya, Kearney, dua pekan sebelum bencana alam yang melanda Asia Selatan itu terjadi.

“Air membesar dan terus datang,” kata Penny Smith, ibu Tilly'. “Air berbuih mirip buih di atas bir. Laut bagai suatu millpond, mulai membesar.”

Keluarga Smiths, yang berasal dari selatan Inggris, sedang merayakan Natal di pantai Maikhao di Phuket, selatan Thailand ketika bencana alam yang menghentak dunia itu terjadi.

“Pantai tampak surut, dan terus menyurut,” sambung Penny Smith, 43, seperti dilansir National Geographic News, belum lama ini. “Aku seperti dipaksa untuk melihat, tapi aku tidak tahu apa yang sedang terjadi. Sampai kemudian Tilly mengatakan bahwa dia pernah belajar di sekolah, tentang lempeng tektonik dan gempa bumi di bawah laut. Dia (Tilly) semakin histeris, dan akhirnya menjerit meminta kami keluar dari pantai.”

Ayah Tilly, Colin Smith, 46, mengatakan wisatawan lainnya di pantai itu telah mendapat peringatan atas pernyataan putrinya itu, ketika ia mengambil Tilly dan adiknya yang berusia tujuh tahun kembali ke kolam renang hotel itu. Penny Smith menambahkan, "Aku tidak mengetahui apa tsunami itu, tetapi melihat putrimu begitu ketakutan membuatmu berpikir bahwa sesuatu yang serius sedang terjadi."

Dia bahkan melihat kapal pesiar terangkat tegak lurus di teluk. "Kemudian seolah-olah seluruh isi laut keluar dari air itu. Aku kemudian menjerit, 'lari!'" Keluarga ini mengambil tempat perlindungan di lantai ketiga hotel mereka, menjauhkan diri dari pantai dari terjangan ombak tsunami ketiga.

"Segalanya hanyut ke kolam renang-tempat tidur, pohon dan banyak lagi. Sekalipun kamu bisa selamat dari air, kamu pasti akan telah digantam oleh sesuatu," kata Penny Smith. Jika mereka tetap tinggal di pantai, dia percara mereka pasti tidak akan selamat.

Setelah bencana ini lewat, Smith menyebut, mereka menemukan orang-orang di sekitar resor yang kehilangan seluruh keluarganya.

Kembali dengan aman Si kecil Tilly Smith kini sudah kembali dengan aman di Danes Hill School di Oxshott, Surrey, Inggris. Minggu lalu, dia menceritakan dalam kelas geografi bagaimana laut yang pelan-pelan naik dan mulai berbuih, bergelembung, dan membentuk pusaran air sebelum gelombang besar datang.

“Kejadian yang diceritakan Tilly sama persis seperti kejadian yang sama seperti rekaman video yang pernah saya tunjukkan pada saat tsunami menghantam Pulau Hawaii pada tahun 1946,” kata Andrew F Kearney, guru geografi Tilly.

Topik-topik pelajaran yang dapat diberikan untuk murid umur 10-11 tahun dapat meliputi lempeng tektonik, gempa bumi dan gunung api. “Dan kita juga membicarakan tsunami sebab gelombang ini dapat disebabkan oleh gempa bumi, gunung api atau tanah longsor.

“Aku sendiri telah mengajar masalah ini sedikitnya 11 tahun." Kearney menggunakan audiovisual untuk menjelaskan masalah ini dengan dibantu white boad interaktif untuk mendapatkan informasi geografis secara on line (kelasnya sering mengunjungi website nationalgeographic.com). Kelas ini juga sudah melihat website Amerika mengenai peringatan dini tsunami.

“Para guru memiliki computer di meja dan dapat mempertontonkan website berbeda ke layer whiteboard,” kata Kearney. “Ini membantu sekali dalam mengajarkan geografi –ini sangat nyata dibawa ke dalam kelas.” Anak-anak juga diberikan tugas praktis. Salah satu tugas yang diberikan misalnya adalah membangun model sebuah kejadian gempa bumi yang terbuat dari kayu balsa.

“Aku menaruh model tadi di atas kotak dan mengguncangnya untuk melihat sisa model terpanjang yang tetap utuh,” Kearney menambahkan. Kearney sendiri telah menerima email dari para guru dari seluruh dunia, yang memberikan dukungan sejak kisah Tilly pertama kali diberitakan di Inggris.

"Orang-orang sering meremehkan pengajaran dan para guru, dan mereka merasakan bahwa sangat penting untuk menunjukkan bahwa kita bisa berbuat sesuatu hal yang berbeda,” tambahnya.

Terabaikan
Namun begitu, jika bagi murid di Danes pelajaran georafi menjadi sangat popular, hal yang berbeda ternyata tengah terjadi di seluruh Inggris. Menurut David Bell, Inspektur Kepala Sekolah di Inggris, pada November sebelumnya, geografi telah menghadapi kemunduran di tingkat sekolah dasar dan menengah. Pokok materi pengajaran geografi telah termarginalisasi dan terabaikan.

Inspektur ini menemukan bahwa geografi menjadi pelajaran pokok yang terburuk diajar di sekolah dasar. Bel berkata pendidik harus melibatkan para murid lebih secara penuh, dengan membuat menyadari keterkaitan mereka dengan apa yang sedang diajarkan, dan yang lebih penting lagi adalah memastikan mereka menikmati itu.

“Masalah kekurangan air, kelaparan, migrasi penduduk, perdebatan mengenai minyak, globalisasi dan persoalan hutang adalah isu utama dunia saat ini. Dan ini adalah geografi saat ini,” kata Bel.

David Lambert, Pimpinan Eksekutif Asosiasi Geografi di Sheffield, Inggris, sepakat dengan apa yang disampaikan Bel. Menurut Lambert, “Geografi menaruh perhatian pada pembelajaran dunia nyata. Tidak ada yang lebih melebarkan pemikiran, lebih memenuhi secara fisik, secara emosional daripada perasaan tangan pertama dunia.

Dia menduga, masalah di sekolah berhubungan dengan kesulitan para guru untuk mengintegrasikan subjek pelajaran ke dalam kurikulum mingguan. “Bersatu dengan dunia yang selalu berubah, dan dunia kelas luar, perancanan geografi tampak seperti lebih menakutkan, terutama sekali bagi mereka yang tanpa memiliki pelatihan atau inspirasi untuk melakukannya," ia menambahkan.

Dan ini semua adalah tantangan berat para guru geografi di berbagai negara. (nationalgeografinews/bj)

Pelajaran Geografi Membantu Killy dan Keluarganya Selamat dari Tsunami



0 Comments:

 

blogger templates 3 columns | Make Money Online